Hidup itu apa

Sudah lama sekali tidak menulis, ratusan kalender sudah terobek dan ku buang..

Dulu aku semangat sekali menulis, seorang yang sangat percaya diri dapat mengejar ambisi – ambisi..

“Time will tell” menggema disetiap detik, merasa semakin hari terpuruk dan hilang arah..

Ah, mungkin ini masa tersulit yang pernah kulalui? tidak mungkin, aku yakin pasti lebih banyak lagi ke depannya yang lebih buruk.

Kembali ke kutipan “Time will tell” , no it’s not. Aku gak suka apa yang dikatannya..

Ah, tidak ada gunanya mengeluh, toh semua salahku. Salah langkah benakku.

Sumbu itu sudah terkubur tumpukan salju yang tebal, jikalau seseorang dapat menggali dan menemukannya, orang itu butuh sinar matahari untuk mengeringkan sumbu yang basah.

Ah, orang lain? kenapa orang lain mau mencari sumbu-mu? harusnya aku sendiri yang mencari, aku sendiri yang mengeringkan..

Benakku berkata, kapan semua berjalan dengan baik dan bahagia? Apasih arti baik dan bahagia, “bersyukur”? tapi kita manusia, punya ambisi.

Ah, mungkin aku hanya seorang yang tak bisa bersyukur..

Kalau hidup ini seperti larik yang statik, tapi aku belum tahu ujungnya jadi aku jalan saja terus untuk menemukan ujungnya. Kerjaku hanya mengisi kotak – kotak larik tersebut, memikikan kotak di depan harus ku isi dengan apa? atau apakah aku mengisi kotak sebelumnya dengan benar..

Ah, sudahlah tak penting juga, lebih baik aku memikirkan kotak yang sedang ku duduki saat ini

Huft, helaan nafas panjang semakin sering terhembus. Hidup itu apa?

Ah, ternyata aku masih bodoh belum bisa menjawabnya. Mungkin kalau aku sudah sampai diujung larik baru ku tahu 🙂